Ceritanya
nggak dramatis-dramatis amat. Tapi, karena keteledoranku, aku kecopetan untuk
yang kedua kalinya. Persamaan antara kasus pertama dan kedua adalah yang
dicopet sama-sama hp. Perbedaannya, kalau dulu aku nggak tau orang yang
mencopet aku dan hp-nya hilang. Kalau yang kedua ini, aku langsung berhadapan
dengan orang yang mencopet aku dan hp-nya berhasil aku dapatkan lagi.
Mungkin
sebagian teman-temanku sudah ada yang pada tau, karena aku sudah kasih tau
mereka duluan sebelum buat catatan ini. Tapi untuk cerita yang lebih jelas, ini
dia kejadiannya…
Sabtu,
25 Desember 2010
Ini
terjadi saat aku pulang dari pelatihan jurnalistikku di kampus. Sore itu aku pulang naik angkot yang biasa,
yaitu 67. Belum ada sewa sama sekali. Tidak lama setelahnya, naik dua orang
laki-laki. Angkot jalan lagi, lalu naik satu orang perempuan, angkot jalan
lagi. Terus naik lagi ibu-ibu satu orang, angkot jalan lagi. Kehidupan di
angkot masih normal-normal aja. Aku sendiri duduk di dekat jendela sambil baca
novel. Setelah itu aku nggak bisa menggambarkan dengan detail, karena aku asyik
dengan novelku. Penumpangnya sendiri sudah silih berganti, tapi aku masih setia
duduk di angkot. Yah, karena rumahku masih jauh.
Tapi
aku ingat satu hal, ada seorang laki-laki naik dan dia duduk disebelahku, nggak
lama satu laki-laki lagi naik dan dia duduk di dekat pintu. Laki-laki yang
duduk disebelah kiriku ini membawa tas ransel. Gelagatnya agak aneh gitu. Dia
duduknya agak rapat-rapat sama aku, sementara tempat duduk di sebelahnya masih
lapang. Tapi aku nggak curiga sama sekali. Karena ya itu tadi, aku asyik sama
novelku. Oiya, posisi tas ranselku, aku pangku. Kebetulan kantong kecil
ranselku ada dua. Hp ku letak di kantong sebelah kiri bersama uang yang cuma
pas untuk ongkos. Dan uang yang lainnya ku letak di dompet dalam tas.
Jadi,
aku masih lanjut baca novel yaa walaupun agak terganggu juga sama laki-laki di
sebelahku ini. Karena dia nunduk-nunduk gitu, aku pikir dia ikutan baca novel,
atau pengen liat sampul novelku. Dalam hati aku malah berpikir, wah aku rasa,
abang ini juga suka baca novel kayaknya (dasar oon).
Aku
masih lanjut baca, sambil ngelirik-ngelirik abang ini juga. Oiya, di depan ku
paling sudut ada dua orang perempuan. Jika kuperhatikan, kedua perempuan ini ngeliatin
laki-laki disebelahku ini dengan tatapan curiga. Kalau aku sih sesekali aja
ngelirik abang ini sambil berpikir ..hm, ngapain sih ni orang pake
nyenggol-nyenggol task u, udah gitu tunduk-tunduk segala. Saat aku lirik,
kayaknya dia tau, dia memalingkan mukanya dan pura-pura ngeliat ke jalan, yauda
aku balik baca novel lagi.
Kemudian
laki-laki yang disebelahku turun terus laki-laki yang duduk di dekat pintu tadi
juga turun. Nggak lama, dua orang
perempuan di hadapanku tiba-tiba nanya, “Kak..kak..tadi kantong tas nya emang
udah koyak ya?” Terus aku liat kantong ranselku. Huaahh, kantong tas ku koyak
dan hp-ku sudah nggak ada. Disitu aku baru sadar kalau laki-laki tadiudah
nyopet hp-ku. Kakak-kakak tadi terus bilang, “tuh kan kak, hp-nya diambil sama cowok
itu”. Huft, aku diam sebentar, sambil berpikir aku beneran nggak mau kehilangan
hp untuk yang kedua kalinya. Jadi aku bilang ke supir, “bang berhenti
sebentar..!!”. Aku langsung turun dari angkot dan semua barang-barangku, aku
tinggal di angkot. Untungnya supir angkot mau nungguin. Dan aku lari
sekencang-kencangnya mengejar pencopet tadi. Aku tau kemana arah dia pergi,
karena waktu dia turun tadi, aku sempat memerhatikannya. Dia turun di depan
carefur, dan berjalan kea rah kiri. Wajahnya aku masih ingat dengan jelas.
Syukurlah
aku berhasil menemukan copetnya, karena emang copetnya itu jalannya nyantai
kayak nggak terjadi apa-apa. Hm, sungguh trik yang bagus. Waktu dia ngeliat ke
belakang, kayaknya dia sadar aku lagi mengejarnya. Aku panggil dia, “bang..balikin
hp saya..!!” (aku pikir-pikir aku cukup sopan walaupun berhadapan dengan
copet).
Terus
dia manggil kawan sekongkolan dia yang tadi juga naik angkot, “hei..balikin aja
hp-nya”. Terus dia kasih hp-nya ke aku, mukanya sok ramah dan bilang “ini
hp-nya, udah ya”, dan dia langsung pergi. Alhamdulillah, hp ku masih utuh dan
sehat wal afiat. Duh..aku kok baik banget ya jadi orang, waktu aku ngejar, aku
sama sekali nggak teriak “copet..copet..!!”. Mungkin kalau aku teriak gitu
pasti tuh orang dah bonyok-bonyok kali yak. Tapi jujur aku masih shock, karena
ini baru pertama kalinya aku langsung berhadapan dengan copet. Tapi syukurlah
hp ku utuh.
Sampai
di angkot, penumpan dan supir pada heboh, “gimana dek? Dapet copetnya?”
“Alhamdulillah,
hp saya dikembaliin” jawabku.
“Copetnya
gimana? Ditangkap nggak?”
“nggak
ah bang, waktu dia balikin hp, yauda saya langsung pergi, nggak masalah bg”
kataku.
“Oalah,
adek ini baik banget ya, aturannya teriak aja dek, biar digebukin dia. Kalau
kekgitu dia nggak bakalan jera” kata supirnya.
Sampai
disini aku berpikir, apakah orang baru bisa jera kalau harus digebukin atau
dikerasin dulu, tentu tidak kan. Lagian copet itu nggak nyakitin aku sama
sekali kok. Dengan sikap yang baik, kita juga bisa mengajari orang untuk sadar
dan bertingkah laku yang baik (mudah-mudahan copetnya sadar yak:D).
Inget
kisah Nabi Muhammad nggak? Yang waktu dia diludahi sama musuhnya berulang-ulang
kali, dan Nabi Muhammad nggak membalasnya. Sampai-sampai waktu yang ngeludahi
beliau sakit, ehh..beliau malah menjenguknya, dan akhirnya musuhnya itu masuk
Islam. Well, jadi nggak perlu dengan cara kekerasan kan untuk membuat orang itu
sadar.
Jadi
untuk teman-teman semuanya, kita harus bisa belajar menghilangkan sifat
pendendam dalam diri kita. Mungkin kita pernah merasakan dendam sama orang yang
sudah nyakitin kita, dan nggak semudah membalikkan telapak tangan untuk bisa
memaafkannya. Tapi, setelah dipikir-pikir ternyata emang nggak ada gunanya sama
sekali kita dendam sama orang, yang ada kita malah membuat diri kita jadi nggak
nyaman dan capek sendiri dibuatnya. Aku bilang begini karena memang aku sudah
mengalaminya sendiri, bukan hanya kasus copet ini aja.
Contoh
sifat pendendam yang paling sederhana: “ngapain aku minta maaf duluan, orang
dia yang salah kok.” Atau “aku malas negor ataupun smsan sama dia lagi, dia
udah bohong samaku”. Atau “Aku sama dia udah putus, dan kita berdua udah nggak
ada hubungan apa-apa lagi” nah lo, emang nggak bisa sahabatn yak??
Tau
nggak, kalau kita salah dan kita minta maaf duluan, itu udah biasa. Yang dapat
nilai plus dimata Allah itu adalah kalau kita nggak salah dan kita minta maaf
duluan. Benar nggak? Memang nggak mudah untuk mengaplikasikannya, tapi paling
tidak kita juga punya niat untuk berubah dan usaha untuk berubah. Semangat!! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar