“Aku sedang menulis ?” jawab Rena.
“Menulis tentang apa ?” aku penasaran.
“Menulis tentangmu.” Kata Rena sambil tetap melanjutkan tulisannya.
“Tentang aku ?” sontak aku kaget.
“iya, tentang kau.” Rena meyakinkanku.
“Kenapa?” tanyaku semakin penasaran.
“karena kau adalah inspirasiku” Jawab Rena jujur.
Sejenak suasana hening. Aku ataupun Rena sama-sama diam. Cukup lama hingga Rena akhirnya membuka suara, “tulisanku sudah siap”, katanya padaku.
“maukah kau membacakannya untukku ?” pintaku pada Rena.
“tentu saja, dengan senang hati aku akan membacakannya untukmu”. Kata Rena tersenyum.
Tentang Sahabatku
Aku sudah mengenalnya selama aku lahir ke dunia ini.
Gadis itu bernama Kimya. Dia sahabat baikku. Oh..bukan..!! lebih
tepatnya dia adalah sahabat terbaik yang pernah aku kenal. Sekarang,
setelah kami sama-sama berusia 18 tahun, aku merasa semakin kerdil
tatkala aku dihadapkan dengan
kedewasaan yang dimilikinya. Dinamis. Itulah Kimya. Ibarat sebuah pohon,
dia semakin tumbuh dan memberi banyak manfaat untuk orang-orang
disekitarnya. Aku sangat beruntung bisa mengenalnya. Dia seperti
matahari, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk orang
lain.Sahabatku ini juga seseorang yang sangat cerdas dan santun. Sejak dia berumur 13 tahun, jilbab tak pernah lepas menaunginya saat dia berada di luar rumah. Kecacatan fisik yang dimilikinya, bukanlah halangan untuk membuatnya tetap melesat seperti busur panah, ataupun tidak bisa terbang bebas seperti burung. Buta. Itulah keadaan Kimya sejak lahir. Aku terkadang merasa malu terhadapnya. Fisikku sempurna, tetapi aku sering mengeluh ini dan itu saat aku merasa tak suka pada suatu hal. Sedangkan Kimya, dia selalu mensyukuri nikmat yang diberikan Allah untuknya.
Kimya, di dalam pikiranku, saat aku menuliskan cerita ini, nama itu tak henti-henti bermain di otakku. Sedikitpun aku tak pernah bisa melupakan semua kisah yang telah kami lewati bersama.Ketegarannya mengahadapi hidup ini membuatku terharu sampai menitikan air mata. Orang tua Kimya tidak ada didekatnya. Selama ini yang menjadi tempat pelabuhannya adalah seorang ibu asuh yang mengambilnya dari sebuah panti asuhan.Walaupun begitu, sedikitpun dia tidak pernah mersa kesepian. “aku tdak pernah merasa kesepian Rena, karena aku tau, Allah selalu ada didekatku”. Itulah yang selalu Kimya katakan padaku.
Kimya, tidak pernah menganngap dirinya buta. Dia sudah terbiasa melakukan semua pekerjaanya sendiri. Tidak pernah mau merepotkan orang lain. Bahkan walaupun orang itu yang menawarkan bantuan kepadanya.Dia tidak mau orang lain menganggapnya lemah. Dan menurutku Kimya memang seorang gadis yang kuat. Terkadang, kulihat dia menangis. “aku sangat ingin bertemu kedua orang tuaku, terutama ibuku”. Katanya padaku sekali waktu. Keinginan terbesarnya adalah ingin bertemu orang tuanya. Walaupun ia tau bahwa itu sesuatu yang mustahil, karena kedua orang tuanya sudah meninggal.
Aku ingat saat kami sama-sama tumbuh menjadi seorang remaja. Kimya, seharusnya tau, bahwa dia adalah seorang wanita yang cantik. Ada satu pemuda yang suka padanya. Iya, pria baik hati itu mencintainya dengan sepenuh hati, dan menerima Kimya apa adanya.Kimya juga merasakan hal yang sama padanya.Semenjak itu, kulihat hari-hari Kimya lebih berwarna daripada sebelumnya. Senyum tak pernah lepas dari bibirnya. Namun, Allah berkehendak lain. Pria itu bukan jodoh Kimya, karena Allah telah mengambil nyawanya. Ah..Kimya. Aku ikut menangis bersamanya. Aku tak pernah mau pergi jauh darinya. Sebagai sahabat, aku ingin selalu ada untuknya.Setiap malam Kimya menuliskan isi hatinya itu kedalam sebuah computer yang khusus dibuat untuknya.walaupun ia sendiri tidak bisa membaca diarynya itu, tapi dengan menulisakan isi hatinya, perasaannya bisa menjadi lebih tenang. Kimya mengizinkanku membaca diarynya. Dan aku membaca diary terakhir yang ditulisnya.
Diary kimya
Seharusnya aku sudah tau apa akibatnya….
iya…!! rasa sakit itu timbul lagi…rasa kesepian dan kehilangan itu muncul lagi…dan membuat rasa rinduku mengalir semakin deras dan tak tahu kemana dia akan bermuara. . .
Seharusnya aku menghindari segala sesuatu yang bisa mengingatkan aku padanya…
tapi, tidak bisa..aku lumpuh, keras kepala, dan membiarkan perasaanku bermain dengan semua kenanganku. . .
Seperti sebuah ungkapan….
aku pernah mendengar ungkapan yg mengatakan bahwa cinta itu tidak buta, hanya saja dia melumpuhkan logika kita…
Contohnya aku…logika ku lumpuh…aku tau bahwa dengan mengingatnya, itu berarti aku menggoreskan silet ke hatiku dan membuatnya berdarah-darah….tapi, aku tidak menghentikannya…malah,aku justru menikmati rasa sakit itu. . .
Namun, harus kita sadari satu hal…bahwa kehidupan yang selalu diselimuti dengan kebahagiaan…bukanlah sesuatu yang harus disyukuri…melainkan perlu dievaluasi…
Kehidupan yang kita jalani ini, tidaklah berjalan sesuai dengan keinginan kita…
Ada takdir yang mengikat, ada roda yang berputar, dan semua skenario sudah ada yang mengatur…
Aku sendiri…kadang tidak siap dengan jalan cerita itu…kenapa harus seperti ini…kenapa aku tidak bisa bersamanya…skenario seperti apa yang akan aku jalani….
ya Allah…aku sangat sangat merindukannya…aku tidak berani mengatakan bahwa aku mencintainya…..karena aku tau…yang pantas untuk ku cintai hanya engkau ya Allah… tapi…bagaimana mengatakan perasaanku itu…apa namanya….??
Mungkin ini memang tidak penting…tapi,,keadaan inilah yang selalu menggangguku…mengganggu konsentrasiku….mengganggu ketenanganku….membuat ku menjadi lemah…
well, aku bisa melupkannya sejenak…beberapa saat, tapi itu tidak lama…dia kembali dan terus menggangguku…..aku lelah…
kadang-kadang …aku pernah merasa menjadi seseorang yg lebih kuat dari sebelumnya, menganggap bahwa aku bisa bahagia…ingin menunjukkan pada semua orang betapa tegarnya aku, dan menanamkan paradiqma bahwa ini belum apa-apa…masih ada masalah yg lebihh besar yang akan aku hadapi…dan tentu saja itu benar…tapi..tetapp saja,saat aku sudah kembali tenang dan melakukan aktvitas seperti biasa, aku slalu merasa seperti ada ruang kosong di dalam diriku….entah apa….aku sendiri tidak tau itu apa…
aku ingin bersikap dewasa,,
hidup yang kujalani ini semuanya adalah sebuah ujian, sebuah tantangan dari Allah…
aku slalu berusaha untuk mensingkronkan agar maunya Allah menjadi mauku juga…tidak ingin bersikap egois yang hanya memikirkan diriku saja..sementara banyak hal yang harus kulakukan karena Allah untuk agamaku,dan juga untuk orang-orang disekitarku…
bagaimanapun…munafik jika aku berkata bahwa aku tidak akan memperdulikan perasaanku….saat ini, itulah tantangan yang harus kuhadapi…rasa sakit itu tidak akan pernah benar-benar hilang…dia tetap ada, dan aku hanya perlu menetralisirnya dengan Al-qur’an sebagai syifaq (obat).
Subahanallah…aku benar-benar terharu membaca diarynya. Dia mampu mengambil sisi positif dari setiap kejadian yang dia alami. Dia benar-benar menjadi inspirasiku sekarang. Dengan melihatnya, aku bisa menemukan sebuah dunia yang berbeda dari orang lain. Tentang pandangan dia dalam menjalani hidup ini. Kimya..you are my best friend forever.
Aku sudah selesai membacakan tulisan ku ini untuknya. Kulihat Kimya. Dia menangis. Kupeluk dia erat-erat. Ku dengar dia mengatakan sesuatu padaku. “Rena, terima kasih karena kau mau menjadi sahabatku. Disaat orang lain menjauh karena kondisiku, kau malah menawarkan diri untuk selalu ada didekatku. Aku tak tau harus membalas dengan apa. Aku benar benar ingin berterima kasih padamu Rena”
“Kimya, tidak perlu mebalas apapun untukku. Dengan kau menjadi sahabatku, itu sudah menjadi sebuah balasan yang sangat berarti untukku.”
Lalu kami berdua sama-sama menangis. Dalam senja yang indah, kulihat matahari tersenyum melihat kami berdua.
NB : cerpen ini mendapat juara-3 dari lomba yang diadakan oleh LDK AL-IZZAH IAIN-SU dengan tema "The Power of Muslimah"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar