Selasa, 14 Januari 2014

Ngobrol dengan Angin (Cangkir 2)

I'm in Berhala Island


Kali ini aku kembali menulis di note, setelah beberapa minggu berkutat dengan blog. Ada teman yang mengeluh, loadingnya terlalu lama jika membaca catatan dari blog karena dia bukanya dari hp, jadilah aku menulis di keduanya, note dan juga blog. Ini penting untuk memperluas para pembaca (ceilah, gaya lu Ndah!)
14 Januari 2014, pukul 03.00 Wib di ranjang empuk saya….

Saya tiba-tiba teringat judul ini, yang saya buat dua tahun lalu di catatan FB, karena ingin menuliskan unek-unek, tapi nggak tahu mau buat judul apa. Hm lebih tepatnya sih, karena ingin mengungkapkan unek-unek, tapi nggak tahu sama siapa. Jadilah saya me’Ngobrol Dengan Angin’ saja. :D

Well, jam dinding di depanku itu, kenapa dia tidak berhenti atau paling tidak melambatlah sedikit. Kenapa waktu cepat sekali berlalu. Tau-tau segalanya sudah mendekati deadline, bahkan sudah lewat deadline. Yeah, everything. Tugas, skripsi, laporan, kerjaan, dan juga berbagai target, bahkan jam bangun juga udah mau deadline! (Tau-tau sudah mau pagi lagi)
“Yaelah Ndah, mana bisa waktu dilambati, apalagi berhenti! Kalau waktu berhenti, ya elunya juga berhenti.”

Aihh, suara dari mana tuh?

Benarlah bahwa waktu diibaratkan pedang, jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu. Dan tangan itu, tangan tak tampak yang menggerakkan semua orang untuk bangkit dari tempat tidur, tangan tak tampak yang akan menggebuk siapa pun yang kelihatan bersantai dan tak ikut irama (ngutip di Supernovanya Dee).

Kadang saya menyesali begitu banyak waktu yang udah terbuang sia-sia. Tapi sumpah demi secangkir kopi di samping saya, saya nggak ingin jadi manusia yang dibilang merugi seperti kata Allah di surah Al-‘Asr itu (padahal udah rugi duluan, cuma pura-pura nggak tau aja).

Dan lagi, jika sifat malasnya udah keluar, maka mengulur-ngulur waktu adalah hobi yang paling menggairahkan. Astaghfirullah..yang begini ini, cocoknya emang digebuk (sifat malasnya maksud saya, hehe).
Emang ya, merubah format konfigurasi yang udah ada itu emang susah. Merubah konfigurasi dari yang tidak layak (malas) menjadi layak (rajin), itu susah banget. Kalau cuma berfluktuasi saja semua orang bisa, malas-rajin-malas-rajin lagi-kemudian malas lagi, ya gampang kalau itu mah. Yang susah, ketika kita menjaga kekonsistenannya itu loh. Rasanya banyak godaannya, apalagi kalau kekonsistenan kita itu untuk sesuatu hal yang baik. Uwihh..setan dimana-mana (jiah, kayaknya setan emang udah dimana-mana dari dulu). Haha, itu cuma ungkapan saja, saya nggak betul-betul menyalahkan setan, toh nanti saya juga yang mempertanggungjawabkan perbuatan saya di hadapan Allah.

Dan di akhir kata, di tegukan kopi terakhir, saya ingin bilang, bahwa jangan terpengaruh sama fluktuasi harga pasar. Kalau boleh pinjam istilahnya Dee, itu cuma sirkus komoditas, sesuatu yang emang udah harus gitu, toh uang bisa bantu mengatasinya. Nah, justru kita harus khawatir sama fluktuasi rajin malas kita dan tentunya keimanan kita juga, karena kalau keimanan kita semakin menurun, uang nggak bisa bantu, hanya amal sholeh yang bisa, jadi waspadalah..waspadalaaahh!! 

*Kamu juga bisa baca catatan yang lainnya di blog saya endahtrisetiari@gmail.com (jangan lupa klik join di sebelah kanan atas yaa :D)

Tidak ada komentar: