28 April 2011
“Walau
impianku hanya sebuah sajak, tapi dia layak untuk menjadi nyata”
Setiap orang mempunyai impian.
Aku dan kamu. Kita semua punya impian. Dulu sewaktu aku masih kecil, aku punya
banyak sekali impian. Saat aku melihat dokter, aku ingin menjadi dokter. Saat
aku melihat guru, aku ingin menjadi guru. Saat aku melihat tukang bersih
sampah, aku juga ingin menjadi tukang bersih sampah. Ups..untuk yang terakhir,
aku hanya bercanda. Hahaha.
Impianku masih berubah-ubah. Dan
hal itu terus berlangsung saat aku di SMA, dan bahkan kuliah. Aku bingung,
sebenarnya aku ingin menjadi apa? Apa impianku? Pertanyaan it uterus
terngiang-ngiang di kepalaku sampai saat dimana aku menemukan jawabannya.
Awalnya seperti mahasiswa lainnya, aku pun ikut di salah satu organisasi
kampus. Aku memilih Lembaga Pers Mahasiswa. Kurasa tempat itu pas dengan hobiku
yang suka menulis karena dunia jurnalistik, sangat dekat dengan dunia
tulis-menulis.
Disana aku dipaksa untuk
menulis. Menulis berita, menulis suka-suka, menulis, menulis dan menulis.
Intinya menulis. Dari situlah aku mulai mendapat titik cerah dari pertanyaanku.
Aku merasa nyaman dengan aktivitas baruku itu. Sepertinya bakat dan hobiku
benar-benar tersalurkan disana. Atmosfer menulis pun sangat kental, membuat aku
terus termotivasi walaupun ada saat-saat dimana aku merasa jenuh. Aku jadi
yakin, bahwa impianku sebenarnya adalah menjadi penulis. Semenjak itu aku jadi
semangat untuk menulis, aku belajar dari para senior dan teman-temanku, membaca
banyak buku, berkenalan dengan banyak para penulis, baik di dunia maya ataupun
di dunia nyata. Untuk menjemput impianku itu, aku harus terus melangkah. Melngkah di titik 1 ke titik 2, 3
dan akhirnya menjadi Penulis. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar