Derrrtt….I’ll spread my wings and I
learn how to play..ddeerrtt…derrtrr… Alarm hp-ku berdering, pukul 04.00 pagi.
Uuhh..aku masih mengantuk. Kubiarkan saja Kelly Clarkson bercicit-cuit dan aku
kembali melanjutkan tidur. Derrtt..out of the darkness and into the
sun..derrt..deerrtt.. Haahh..lama-lama terusik juga. Kuputuskan untuk bangun
dan mematikan alarm. Jam 3 dini hari, aku baru bisa tidur. Alhasil, kepalaku
sedikit pusing karena tidur yang tak nyenyak. Ditambah lagi perasaan yang masih
cemas karena teringat wajah pucat ayah yang tak biasa tadi malam.
Aku beranjak malas dari tempat
tidur, terseok-seok aku melangkahkan kaki ke kamar mandi. Kubasuh Wajah.
Sejuknya air sedikit menenangkanku. Seperti biasa, sebelum memasak sarapan,
kudidihkan seceret air. Sambil meracik makanan untuk sarapan pagi, aku teringat
ayah. Disini aku hanya tinggal berdua bersama ayah. Ibu sudah meninggal
semenjak aku berusia 2 tahun. Aku dan ayah sangat dekat. Beliau bukan
hanya menjadi seorang ayah untukku, melainkan sahabat bahkan pengganti sosok
Ibu. Begitulah, ayah tidak memilih untuk menikah lagi, sehingga aku lah yang
menggantikan ibu untuk mengurus ayah.
Tapi, aku khawatir dengan penyakit
ayah. Awalnya aku curiga dengan sikap ayah yang tak biasa. Misalnya, ayah
sering lupa meletakkan kunci mobil, atau keliru dengan keadaan di sekitar
rumah. Dan bahkan yang lebih parah, ayah sering tidak mengenali rekan-rekan
kerjanya dan juga anggota keluarga terdekat. Masih banyak lagi gejala-gejala
yang diperlihatkan ayah, dan itu tidak biasa menurutku. Jadi aku semakin yakin
bahwa ini bukan karena faktor usia semata, tapi pasti ada penyakit yang diidap
ayah. Dan nyatanya, pengamatanku benar. Demi mengetahui penyakit yang diderita
ayah, aku rela mengambil uang tabunganku ditambah uang tabungan ayah untuk
berangkat ke Rumah Sakit di Singapura.
Hasil analisa dokter membuktikan hal
itu . Ternyata ayah mengidap penyakit Alzheimer. Penyakit yang sangat jarang
ada. Dokter bilang Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan penyakit sejenis
sindrom dengan apoptosis (mekanisme biologi yang merupakan salah satu jenis
kematian sel terprogram) sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga
otak tampak mengerut dan kecil. Dokter juga bilang resiko untuk mengidap penyakit
ini, meningkat seiring dengan pertambahan usia. Oleh karena itu, penyakit ini
tidak terlalu terlihat secara eksistensi, tapi lebih terlihat pada sikap yang
beda dikarenakan penyakit ini adalah penyakit syaraf. Jujur, aku tidak begitu
paham dengan hasil analisa dokter. Yang terpenting untukku adalah mengetahui
bagaimana cara pengobatan yang harus dilakukan ayah agar penyakit ini tak
semakin meraja lela ditubuhnya. Ayah…aku sangat sayang pada ayah. Ya Allah,
maaf jika aku tak ingin Kau mengambil ayahku dengan cepat. Aku masih ingin
disini bersama ayah. Sejenak, aku jadi teringat kejadian hari itu …
***
“Ara..Ara…buka pintunya sayang?” Ayah
memanggilku dari depan pintu kamar. “Ara
lagi pengen sendirian ayah…hiks..hiks..”, aku menjawab.
“Ara, jangan begitu, kamu sudah menangis
seharian, tidak mau makan, tidak mau keluar kamar, juga tidak mau bicara pada
ayah. Ayolah nak, ada masalah apa? bicara dong pada ayah. Tidak biasanya kamu
begini. Biasanya kamu selalu cerita pada ayah.”
Namun, aku diam dan tidak membalas perkataan
ayah. Kemudian ayah berkata lagi, “Ara,
kita hanya berdua disini, kalau tidak cerita dengan ayah, dengan siapa lagi.
Apa Ara tega membuat ayah cemas begini ?”
Aku tidak sanggup. Aku paling tidak
bisa mengecewakan ayah. Sambil sesenggukan aku membuka pintu kamar. Ayah
mengajakku ke ruang tamu. Disana aku menceritakan semua masalahku pada ayah.
“haha..jadi ini masalahnya” kata
ayah.
“iihhh…kok ayah malah tertawa?” kataku
jengkel.
“maaf nak, ayah nggak bermaksud menyinggung kamu,
hanya saja mendengar cerita kamu ini, ayah malah jadi teringat masa muda waktu
ayah masih SMA juga seperti kamu ” kata ayah lagi.
Aku jadi malu sendiri pada ayah, karena
masalahku sekarang adalah patah hati. Aaahhh…
Ayah menasehatiku, “Ara, biarkan hati
itu Allah yang memiliki, jangan berikan kepada apa dan siapapun”.
Nasihat yang singkat tapi bermakna
dalam. Aku terdiam serjenak, memikirkan kata-kata ayah tadi. Benar yang
dibilang ayah, aku tidak boleh mencintai seseorang terlalu dalam, karena yang
pantas dicintai hanya Allah. Uuhh…kok aku jadi cengeng begini. Masa gara-gara
patah hati saja aku jadi merajuk seharian. Aduh, betapa bodohnya aku.
“Ayah, makasih ya..Ara sayang sama ayah, Ara
akan selalu dengerin nasihat ayah dan nggak mau sedih lagi. Lagian kenapa Ara
harus sedih, toh Ara cuma kehilangan dia aja. Ara akan tetep bahagia walaupun
nggak ada dia, karena Allah ada dihati Ara, dan juga ada ayah disini. Hahaha
..”, kataku sambil memeluk ayah.
“Iya nak, ayah juga sayang sama Ara, Ara nggak
pernah sendirian disini. Karena ada ayah yang selalu siap mendukungmu. Makanya,
jangan sedih lagi ya “ kata ayah menenangkan hatiku. Ah..Ayah, Ara nggak akan
lupain kata-kata Ayah.
***
Bunyi melengking dari ceret yang
menandakan air sudah mendidih, menyadarkan lamunanku. Kumatikan kompor. Sarapan
yang ku buat juga sudah selesai. Kulirik kearah jam, pukul 05.00. Aku harus
membangunkan ayah untuk sholat subuh berjama’ah. Tapi, seperti biasa, sebelum
itu, aku akan membuatkan kopi dulu untuk ayah, sehingga setelah selesai sholat
nanti, minuman itu menjadi hangat dan lebih terasa nikmat untuk diteguk. Dan
kopi adalah minuman wajib ayah setiap pagi.
Kudekati pintu kamar ayah.
Tok..tok..tok..”Ayah…bangun ayah, sholat subuh dulu.” Tok..tok..tok…kuketuk
pintu sekali lagi dan kupanggil ayah lebih keras. Tapi tak ada tanda-tanda
bahwa ayah sudah bangun. Perasaanku tak enak. Tak sabar, kubuka pintu kamar
ayah. Aku kaget. Ternyata ayah sudah bangun dan sedang sujud dalam sholat.
Loh..inikan masih adzan subuh, apa ayah sholat sunnah dulu yah..pikirku. Tidak
mau menganggu ayah, kutunggu beliau di pintu kamar. Aneh..kenapa ayah
tidak bangkit-bangkit dari sujud, apakah karena sholatnya terlalu khusyu’. Tapi
tidak mungkin ayah sujud selama itu. Hati-hati aku mendekati ayah, takut beliau
terganggu. “Ayah..” pelan kupanggil namanya. Perasaanku cemas. Kusentuh
tubuhnya. Astaghfirullah… betapa kagetnya aku, saat tubuh ayah jatuh kesamping.
Semua memoriku dengan ayah berkelebat dengan cepat. Aku menangis. Seketika aku
sadar akan firasatku tadi malam, wajah pucat itu, wajah pucat yang tergambar di
wajah ayah sekarang menandakan beliau sudah tidak ada disini lagi.
***
Malam
semakin pekat. Angin mendesir pelan, menenangkan jiwa-jiwa yang masih terlelap.
Tapi aku masih terjaga. Disini, aku duduk sendirian di meja ruang makan bersama
kopi yang kubuat untuk ayah. Sambil menangis, aku membayangkan ayah ada
didepanku. Tersenyum sambil menikmati kopi hangat buatanku. Aku tau, ayah tidak
ada lagi disini, tapi kenangan bersamanya akan tetap hidup. Ya Allah, kirimkan
salamku untuknya. Katakan padanya, betapa aku sangat merindukannya….
NB : Terisnspirasi dari nasehat
My Father :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar